Kaitan Genetik Ditemukan Antara ADHD dan Penyakit Alzheimer

0
14

Para ilmuwan telah mengidentifikasi hubungan yang signifikan antara kecenderungan genetik terhadap Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) dan perkembangan patologi Penyakit Alzheimer (AD), menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Molecular Psychiatry. Penelitian ini menandai korelasi ilmiah definitif pertama antara ADHD dan penurunan kognitif, sehingga menimbulkan pertanyaan penting tentang kesehatan otak jangka panjang pada individu dengan ADHD.

Desain Studi dan Temuan Utama

Para peneliti di University of Pittsburgh Medical Center (UPMC) menganalisis data dari 212 orang dewasa yang sehat secara kognitif berusia 55 hingga 90 tahun. Peserta dinilai untuk mengetahui kemungkinan genetik terhadap ADHD menggunakan skor risiko poligenik (ADHD-PRS), namun tidak ada yang memiliki diagnosis ADHD formal. Selama enam tahun, peserta menjalani tes kognitif berulang, termasuk:

  • Pemindaian PET Amiloid-β: Untuk mendeteksi penumpukan plak amiloid, ciri khas DA.
  • Analisis Cairan Serebrospinal (CSF): Mengukur kadar tau (p-tau) terfosforilasi, yang merupakan indikator kerusakan saraf.
  • Pemindaian MRI Otak: Untuk melacak perubahan volume dan struktur otak.
  • Penilaian neuropsikologis: Mengevaluasi memori, fungsi eksekutif, dan kemampuan kognitif lainnya.

Studi tersebut mengungkapkan bahwa individu dengan risiko genetik lebih tinggi untuk ADHD mengalami penurunan kognitif yang lebih besar dari waktu ke waktu, terutama jika mereka juga menunjukkan tanda-tanda penumpukan plak amiloid di otak. Efek gabungan dari ADHD-PRS yang tinggi dan pengendapan amiloid lebih merusak kognisi dibandingkan salah satu faktor saja. Tanggung jawab genetik yang lebih tinggi terhadap ADHD berkorelasi dengan peningkatan kadar p-tau di CSF, penurunan kepadatan materi abu-abu, dan atrofi otak di daerah frontal dan parietal – tetapi hanya pada individu dengan simpanan amiloid.

Mengapa Ini Penting

Temuan ini penting karena ADHD semakin banyak didiagnosis pada orang dewasa (khususnya wanita), dan penyakit Alzheimer diperkirakan akan meningkat sebesar 95% pada tahun 2050. Penelitian ini menunjukkan bahwa kerentanan genetik terhadap ADHD dapat berinteraksi dengan patologi AD, sehingga mempercepat penurunan kognitif pada beberapa individu. Studi ini juga menyoroti kesenjangan kritis dalam penelitian saat ini: sebagian besar studi genetik pada ADHD dan Alzheimer berfokus terutama pada populasi kulit putih, sehingga membatasi kemampuan generalisasi.

Apa Selanjutnya?

Peneliti utama Dr. Douglas Leffa menekankan perlunya penelitian lebih lanjut yang melacak individu yang didiagnosis dengan ADHD dari waktu ke waktu untuk memastikan hubungan antara gangguan tersebut dan penyakit Alzheimer yang muncul lambat. Dia juga menekankan pentingnya memasukkan populasi yang lebih beragam dalam penelitian masa depan untuk memahami bagaimana ras dapat mempengaruhi hubungan genetik ini.

Melindungi Kesehatan Kognitif

Meskipun kecenderungan genetik berperan, faktor gaya hidup tetap penting untuk kesehatan otak. Terlepas dari status ADHD, individu dapat mengurangi penurunan kognitif dengan:

  • Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
  • Menghindari merokok.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Mengelola tekanan darah dan gula darah.
  • Makan makanan seimbang yang kaya akan makanan utuh.
  • Memprioritaskan tidur.
  • Tetap terlibat secara sosial.

Studi ini memperkuat bahwa penurunan kognitif itu kompleks, dan pendekatan proaktif yang menggabungkan kesadaran genetik dengan pilihan gaya hidup sehat sangat penting untuk kesehatan otak jangka panjang. Penelitian lebih lanjut akan menyempurnakan pemahaman kita tentang hubungan ini, sehingga berpotensi membuka jalan bagi intervensi yang ditargetkan untuk melindungi fungsi kognitif pada individu yang berisiko.